1. Definisi Filsafat Secara Umum
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.
Pendapat lain mengatakan filsafat adalah
studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis
dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Definisi Ilmu Secara Umum
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja
indra masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir
setiap individu dalam memproses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu,
definisi ilmu bisa berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu itu sendiri.
Pendapat Para Tokoh
Pengertian Filsafat Menurut Para Tokoh
a. Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim,
S.Pd.,MM,
Istilah dari filsafat berasal bahasa
Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam
bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
b.
Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Filsafat tidak lain dari
pengetahuan tentang segala yang ada.
c.
Aristoteles (384 – 322 SM): Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Dan kewajiban filsafat adalah
menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu
umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh
filsafat dengan ilmu.
Cabang-cabang Filsafat
1. Epistemologi, yaitu
menyoroti dari sudut sebab
pertama, gejala pengetahuan dan kesadaran manusia. Kritik ilmu, adalah cabang
filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu, metode yang
digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan
yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas filsafat.
2. Ontologi, sering disebut
metafisika umum atau filsafat
pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu
sejauh itu ”ada”.
3. Teologi Metafisik, membicarakan filsafat
ke-Tuhan-an atau Logos (ilmu) tentang
theos (Tuhan) menurut ajaran dan kepercayaan.
4. Etika, atau filsafat moral adalah bidang
filsafat yang mempelajari tindakan manusia. Etika dibedakan dari semua cabang
filsafat lain karena tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan bagaimana
manusia seharusnya bertindak dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya. Bidang
kajian khusus atau cabang-cabang khusus filsafat yang terdiri dari
cabang-cabang/bagian-bagian pokok filsafat, misalnya filsafat tentang:
a.
Bahasa
b.
Sejarah
c.
Kebudayaan
d.
Hukum
e.
Ekonomi
kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1.
Objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada
2.
Sudut pandangaannya ialah sebab-sebab yang terdalam
3.
Sifat filsafat ialah sifat-sifat ilmu pengetahuan
4. Metode filsafat ialah metode perenungan
(contemplation) yang spekulatif
5. Jalan filsafat dalam usaha mencari dan
menemukan jawaban atas segala pertanyaan hidup
dan kehidupan manusia adalahdengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia
atau budi nurani (ratio) dan tidak berdasarkan kepada wahyu Allah atau
pertolongan istimewa dari agama/Tuhan.
PENGETAHUAN
Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima/ya’lamu yang berarti
tahu/mengetahui. Pengertian ilmu yang
terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara
mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak
berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas
pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada
bidang-bidang non fisik, seperti metafisika. Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita
temukan pengertian sebagai berikut:
“Ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang
masing-masing sesuatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian
rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan. Suatu sistem dari
berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai
metode-metode tertentu.”
Menurut Prof. DR. Mohammad Hatta:
“Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.”
Sejalan dengan perkembangan zaman, meningkatnya kebutuhan
hidup manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin
terasalah kebutuhan untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia.
Dalam keadaan yang demikian, lahirlah apa yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan
khusus. Momentum pemisahan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan khusus itu
bermula disekitar Abad Pertengahan, pada saat lahirnya Zaman Renaissance
(misalnya Ilmu Fisika dan Ilmu Matematika). Sementara itu The Liang Gie
menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut
:
·
Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan
ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada ilmu
seumumnya.
·
Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang
mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Secara umum dari pengertian ilmu dapat
diketahui apa sebenarnya yang menjadi ciri dari ilmu, meskipun untuk tiap
definisi memberikan titik berat yang berlainan. Menurut The Liang Gie secara
lebih khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut
Empiris (berdasarkan pengamatan dan
percobaan)
Sistematis (tersusun secara logis serta
mempunyai hubungan saling bergantung dan teratur)
Objektif (terbebas dari persangkaan dan
kesukaan pribadi)
Analitis (menguraikan persoalan menjadi
bagian-bagian yang terinci)
Verifikatif (dapat diperiksa
kebenarannya
Empiris (berdasarkan pengamatan dan
percobaan)
Sistematis (tersusun secara logis serta
mempunyai hubungan saling bergantung dan teratur)
Objektif (terbebas dari persangkaan dan
kesukaan pribadi)
Analitis (menguraikan persoalan menjadi
bagian-bagian yang terinci)
Verifikatif (dapat diperiksa kebenaran
Sementara itu Beerling menyebutkan ciri
ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah :
·
Mempunyai dasar pembenaran
·
Bersifat sistematik
·
Bersifat intersubjektif
Ilmu perlu dasar empiris, apabila
seseorang memberikan keterangan ilmiah maka keterangan itu harus memmungkintan
untuk dikaji dan diamati, jika tidak maka hal itu bukanlah suatu ilmu atau
pengetahuan ilmiah, melainkan suatu perkiraan atau pengetahuan biasa yang lebih
didasarkan pada keyakinan tanpa peduli apakah faktanya demikian atau tidak.
Upaya-upaya untuk melihat fakta-fakta memang merupakan ciri empiris dari ilmu,
namun demikian bagaimana fakta-fakta itu dibaca atau dipelajari jelas
memerlukan cara yang logis dan sistematis, dalam arti urutan cara berfikir dan
mengkajinya tertata dengan logis sehingga setiap orang dapat menggunakannya
dalam melihat realitas faktual yang ada.
Uraian
di atas nampak bahwa ilmu bisa dilihat dari dua sudut peninjauan, yaitu ilmu
sebagai produk/hasil, dan ilmu sebagai suatu proses. Sebagai produk ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang tersistematisir dan terorganisasikan secara
logis, seperti jika kita mempelajari ilmu ekonomi, sosiologi, biologi. Sedangkan
ilmu sebagai proses adalah ilmu dilihat dari upaya perolehannya melalui
cara-cara tertentu, dalam hubungan ini ilmu sebagai proses sering disebut
metodologi dalam arti bagaimana cara-cara yang mesti dilakukan untuk memperoleh
suatu kesimpulan atau teori tertentu untuk mendapatkan, memperkuat/menolak
suatu teori dalam ilmu tertentu, dengan demikian jika melihat ilmu sebagai
proses, maka diperlukan upaya penelitian untuk melihat fakta-fakta, konsep yang
dapat membentuk suatu teori tertentu.
Objek
Ilmu
Setiap ilmu mempunyai objeknya sendiri-sendiri, objek ilmu itu
sendiri akan menentukan tentang kelompok dan cara bagaimana ilmu itu bekerja
dalam memainkan perannya melihat realitas. Secara umum objek ilmu adalah alam
dan manusia, namun karena alam itu sendiri terdiri dari berbagai komponen, dan
manusiapun mempunyai keluasan dan kedalam yang berbeda-beda, maka
mengklasifikasikan objek amat diperlukan. Terdapat dua macam objek dari ilmu
yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah seluruh bidang atau bahan yang dijadikan
telaahan ilmu, sedangkan objek formal adalah objek yang berkaitan dengan
bagaimana objek material itu ditelaah oleh suatu ilmu, perbedaan objek setiap
ilmu itulah yang membedakan ilmu satu dengan lainnya terutama objek formalnya.
Misalnya ilmu ekonomi dan sosiologi mempunyai objek material yang sama yaitu
manusia, namun objek formalnya jelas berbeda, ekonomi melihat manusia dalam
kaitannya dengan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan sosiologi dalam
kaitannya dengan hubungan antar manusia.
Pengelompokan
Ilmu
Semakin lama pengetahuan manusia semakin berkembang, demikian
juga pemikiran manusia semakin tersebar dalam berbagai bidang kehidupan, hal
ini telah mendorong para akhli untuk mengklasifikasikan ilmu ke dalam beberapa
kelompok dengan sudut pandangnya sendiri-sendiri, namun seara umum pembagian
ilmu lebih mengacu pada obyek formal dari ilmu itu sendiri, sedangkan
jenis-jenis di dalam suatu kelompok mengacu pada obyek formalnya. Pada tahap awal
perkembangannya ilmu terdiri dari dua bagian yaitu :
1.
trivium yang terdiri dari :
a.
gramatika, tata bahasa agar orang berbicara benar
b.
dialektika, agar orang berfikir logis
2.
quadrivium yang terdiri dari :
a.
aritmetika, ilmu hitung
b.
geometrika, ilmu ukur
pembagian tersebut di atas pada dasarnya
sesuai dengan bidang-bidang ilmu yang menjadi telaahan utama pada masanya,
sehingga ketika pengetahuan manusia berkembangan dan lahir ilmu-ilmu baru maka
pembagian ilmupun turut berubah, sementara itu Mohammad Hatta membagi ilmu
pengetahuan ke dalam :
a.
ilmu alam (terbagi dalam teoritika dan praktika)
b.
ilmu sosial (juga terbagi dalam teoritika dan praktika)
c.
ilmu kultur (kebudayaan)
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan
di atas, Endang Saifudin Anshorimenyatakan bahwa hal itu hendaknya jangan dianggap tegas
demikian/mutlak, sebab mungkin saja ada ilmu yag masuk satu kelompok namun
tetap bersentuhan dengan ilmu dalam kelompok lainnya. Herbert Spencer, membagi
ilmu atas dasar bentuk pemikirannya/objek formal, atau tujuan yang hendak
dicapai, dia membagi ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1.
ilmu murni (pure science). Ilmu murni adalam ilmu yang maksud
pengkajiannya hanya semata-mata memperoleh prinsi-prinsip umum atau teori baru
tanpa memperhatikan dampak praktis dari ilmu itu sendiri, dengan kata lain ilmu
untuk ilmu itu sendiri.
2.
ilmu terapan (applied science), ilmu yang dimaksudkan untuk diterapkan
dalam kehidupan paraktis di masyarakat.
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan
di atas mesti dipandang sebagai kerangka dasar pemahaman, hal ini tidak lain
karena pengetahuan manusia terus berkembang sehingga memungkinkan tumbuhnya
ilmu-ilmu baru, sehingga pengelompokan ilmu pun akan terus bertambah seiring
dengan perkembangan tersebut, yang jelas bila dilihat dari objek materilnya
ilmu dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu yang
mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, dementara variasi
penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri.
2. Hubungan dan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu
Awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu
khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat
merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum
yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat.
Meskipun pada perkembangannya
masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan
filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang
dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara
masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi
penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu
padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan
merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian
yang luas.
Hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak
masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang
sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan
dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
Perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai
induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri,
yang juga mengalami spesialisasi. Dalam
taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi
sektoral. Contohnya filsafat agama,
filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang
sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks
inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami
(Bakhtiar, 2005).
Hubungan filsafat dengan ilmu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas,
sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan,
insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir.
Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam.
3. Manusia dan Ilmu Pengetahuan
Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada.
Berfikir manusia mampu mengolah pengetahuan, dengan pengolahan tersebut, pemikiran manusia menjadi makin mendalam dan makin bermakna, dengan pengetahuan manusia mengajarkan, dengan berpikir manusia mengembangkan, dan dengan mengamalkan serta mengaplikasikannya manusia mampu melakukan perubahan dan peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik, semua itu telah membawa kemajuan yang besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia (sudut pandang positif/normatif).
Konteks perbandingan dengan bagian-bagian alam lainnya, para ahli telah banyak mengkaji perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya terutama dengan makhluk yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan. Secara umum komparasi manusia dengan hewan dapat dilihat dari sudut pandang Naturalis/biologis dan sudut pandang sosiopsikologis. Secara biologis pada dasarnya manusia tidak banyak berbeda dengan hewan, bahkan Ernst Haeckel (1834 – 1919) mengemukakan bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh adalah binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui, demimikian juga Lamettrie (1709 – 1751) menyatakan bahwa tidaklah terdapat perbedaan antara binatang dan manusia dan karenanya manusia itu adalah suatu mesin.
Blaise Pascal (1623 – 1662) menyatakan bahwa adalah berbahaya bila kita menunjukan manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat binatang dengan tidak menunjukan kebesaran manusia sebagai manusia. Sebaliknya adalah bahaya untuk menunjukan manusia sebagai makhluk yang besar dengan tidak menunjukan kerendahan, dan lebih berbahaya lagi bila kita tidak menunjukan sudut kebesaran dan kelemahannya sama sekali (Rasjidi. 1970 : 8).
Setiap manusia selalu didesak untuk mendapatkan suatu cara dan metode tertentu agar dapat menyelaraskan aspek kultural yang terdapat pada masyarakat dalam suatu tempat tinggal yang selalu dipengaruhi letak geografis, iklim serta kondisi lingkungan tempat tersebut. Sehingga diperlukannya suatu penyelarasan terhadap keadaan sekitar sehingga menjadi suatu kepribadian masyarakat tersebut, karena jika tidak maka akan hancurlah kepribadiannya. Dan hal – hal tersebut diatas didorong oleh faktor kebutuhan manusia untuk bertahan hidup. Untuk memperoleh kebutuhan dan mensejahterakan kehidupan dalam masyarakat yang beradab maka dibutuhkan suatu Ilmu. Manusia merupakan mahluk cerdas yang diciptakan lengkap dengaan segala atributnya ‘akal” yang dapat mendorong rasa ingin tahunya selalu berkembang. Berbeda dengan rasa ingin tahu yang dimiliki oleh binatang yang didorong oleh naluri dan instingnya saja atau incouriorcity, rasa ingin tahu yang dimilik oleh manusia ”couriorcity” selalu berkembang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan kata lain, manusia merupakan satu – satunya binatang berakal yang mengembangkan pengetahuannya dalam konsep keilmuan secara harmonis dan berkesinambungan.
Ilmu pengetahuan yang dimilki oleh manusia pada dasarnya dikembangkan dengan cara ; (1). menginformasikannya melalui alat komunikasi “bahasa”. Dengan bahasa maka ilmu yang ada dalam pikiran dapat diinformasikannya atau dapat divisualisasikan. Dan (2). Karena manusia memiliki akal dan pikiran yang dibangun oleh nalar atau sebuah alur kerangka berfikirnya. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang selalu diciptakan manusia demi mensejahterakan dan mempermudah proses hidupnya.Seperti filsafat, sains, teknologi, sastra serta ilmu pengetahuan lainnya.
Ilmu pengetahuan memiliki posisi dan kedudukan yang sangat penting dalam menopang kesejahteraan umat manusia karena dengan ilmu pengetahuan maka manusia selain dapat mensejahterakan hidupnya dan mencari nilai – nilai hakiki serta memaknai arti sebuah kehidupan dalam hidupnya. Ilmu pengetahuan yang tercipta dengan tujuan kesejahteraan serta mencari kebenaran – kebenaran akan makna sebuah hidup yang selalu berkembang desebabkan karena manusia itu sendiri secara berkelompok merupakan masyarakat pembelajar yang selalu belajar dari sebuah pengalaman – pengalaman sebelumnya dan belajar dari apa – apa yang dilihatnya, didengarnya, dirasakannya serta dilakukannya. Sedangkan secara personal ‘individu”, manusia itu pun merupakan binatang “berakal” pembelajar yang baik dan selalu bersifat dinamis.
Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan. Manusia yang cerdas akan mampu menggali kumpulan pengetahuan yang diperlukan untuk mengelola muka bumi ini. Namun, tidak selamanya pengetahuan yang diperoleh manusia ini bermanfaat, ada juga pengetahuan yang ternyata menimbulkan suatu permasalahan ataupun mudarat.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut alur kerangka berpikir tertentu yang disebut penalaran. Kedua hal inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya.
Manusia memiliki kemampuan untuk membuat dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia dapat mengambil keputusan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan kemampuan berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sederhana dibanding dengan otak berbagai Jenis makhlik hidup lainnya. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang disebut dengan criteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan kebenaran tersebut. Manusia berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini. Proses mengumpulkan pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak ia lahir hingga ke liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui penggunaan akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang berpola.
Secara umum maka tiap perkembangan dalam ide, konsep dan sebagainya dapat disebut berpikir. Akan tetapi, pemikiran keilmuan bukanlah suatu pemikiran yang biasa. Pemikiran keilmuan adalah pemikiran yang bersungguh-sungguh, artinya suatu cara berpikir yang berdisiplin, dimana seseorang yang berpikir sungguh-sungguh takkan membiarkan idea dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana tanpa arah, namun kesemuanya itu akan diarahkannya pada suatu tujuan tertentu. Berpikir keilmuan sering digunakan oleh para peneliti dan juga penemu yang mempunyai minat untuk terus mengolah pemikiran mereka sehingga mengasilkan suatu ilmu ataupun konsep. Orang yang berpikir kelimuan tidak akan membiarkan ide dan konsep yang ada dipikirannya hilang begitu saja. Tetapi dalam bidang keilmuan, berpikir seperti ini ternyata kurang penting karena titik berat terletak dalam usaha untuk memahami obyek yang belum ditetapkan dan cara berpikir seperti ini dinamakan penalaran (reasoning).
Ilmu atau ilmu pengetahuan secara bahasa bisa diartikan sebagai memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu pengetahuan adalah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa,
Kuriositas atau rasa ingin tahu manusia terus berkembang. Hewan juga mempunyai rasa ingin tahu, tetapi didorong oleh naluri (insting). Naluri hewan bertitik tolak untuk dapat mempertahankan hidupnya, dan sifatnya tetap sepanjang tahun. Manusia disamping mempunyai kuriositas juga dilengkapi akal dan budi. Sehingga rasa ingin tahu dapat berkembang dan tidak pernah ada puasnya .
Untuk dapat memuaskan rasa ingin tahu (rahasia alam) manusia menggunakan pengamatan dan pengalaman serta menggunakan logika, maka akhirnya munculah pengetahuan.
Pengetahuan adalah kumpulan fakta-fakta . Tanggapan terhadap gejala-gejala alam merupakan suatu pengalaman. Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya pengetahuan. Perkembangan pengetahuan karena didorong dua faktor pertama untuk memuaskan diri guna memahami hakekat kebenaran dan kedua untuk meningkatkan status (taraf hidup)
Dorongan pertama akan memperoleh pengetahuan murni (teroritis) dan dorongan kedua akan memperoleh pengetahuan praktis (aplikasi) atau ilmu terapan, ilmu alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat dinamis, artinya kegiatan yang tiada henti. Dari hasil percobaan akan memperoleh konsep (teori) baru yang selanjutnya akan mendorong manusia untuk melakukan percobaan, demikian seterusnya.
4. Ilmu Modern
Filsafat
modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan
munculnya abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti
kelahiran kembali. Karena itu, disebut juga dengan zaman pencerahan (Aufklarun).
Pencerahan kembali mengandung arti “munculnya kesadaran baru manusia” terhadap
dirinya (yang selama ini dikungkung oleh gereja). Manusia menyadari bahwa
dialah yang menjadi pusat dunianya bukan lagi sebagai obyek dunianya. Filsafat
berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman
sesudahnya (Zaman Modern) Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan dunia
modern. Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia, merupakan periode
perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah Abad Kegelapan
sampai muncul Abad Modern. Zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanism.
Maksud ungkapan ini ialah manusia diangkat dari Abad Pertengahan yang mana
manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan
ukuran Gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat manusia. Humanisme menghendaki
ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanism
menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia. Jadi, zaman
Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya secara esensial
zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari zaman modern.
Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat
modern adalah Descartes. Pada filsafat kita menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut.
Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali Rasionalism Yunani (Renaissance).
Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya aneka
aliran-aliran besar filsafat, yang diawali dengan tokohnya Immanuel Kant
(1724-1804 M). Dalam kesempatan ini dalam makalah ini saya akan mengkaji
beberapa indikator yakni pertama tentang definisi/karakteristik pemikiran masa
Modern, tokoh/filosof yang hidup pada masa Modern, dan pemikiran tokoh/filosof
yang hidup pada masa Modern. Semua indikator tersebut sekaligus sebagai rumusan
masalah tentang bagaimana dan apa pemikiran-pemikiran yang ada dan berkembang
pada masa Modern. Sehingga dengan mengacu pada pemikiran- pemikiran tokoh
filosof pada masa Modern maka dapat diketahui alur dari pemikiran mereka hingga
saat ini.
Perkembangan Ilmu Masa Modern
Sebagian
ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis perkembangan ilmu pada
masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan.
Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu
pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus
bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus
mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini.
Ilmu pengetahuan selama masa modern sangat mempengaruhi dan mengubah manusia
dan dunianya.terjadilah revolusi I (dengan pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu
revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal pemakaian sinar-sinar),
dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan komputer yang sedang
kita saksikan dewasa ini.Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang
ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk peradaban dan
kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam kecenderungan
yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para ilmuwan untuk
lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
Source
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Maksum, Ali, PengantarFilsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2011.
Melsen, A.G.M. Van, Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab
Kita.Jakarta: PT Gramedia, 1992.